Senin, 19 Desember 2011

Askep Persalinan Lama


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam yang dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi. Para ibu baru yang menjalani persalinan pertamanya dengan sulit dan lama mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan mempengaruhi mereka untuk selamanya.
Secara keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani persalinan sulit mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan meninggalkan kesan pada mereka sepanjang hidupnya. Persalinan yang lama biasa terjadi terutama pada wanita yang baru menjalani persalinan anak pertama.
Persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan dengan kemajuan yang lama, yaitu ibu mengalami kontraksi teratur lebih lama dari 12 jam misalnya, atau persalinan yang membutuhkan operasi cesar darurat, bantuan forseps, atau vakum. Para peneliti menemukan bahwa rasa sakit merupakan hal yang utama diutarakan oleh para ibu baru, terutama mereka yang mengalami persalinan lama.

B.     Tujuan
1.      Mengetahui konsep persalinan lama
2.      Mengetahui penatalaksanaan Ibu dengan persalinan lama
3.      Mengetahui asuhan keperawatan  Ibu dengan persalinan lama
BAB II
KONSEP DASAR
A.    Pengertian
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, 2002). Persalianan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit.

B.     Etiologi
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
·      Kelaianan tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalaami hambatan atau kemacetan.
·      Kelaianan janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
·      Kelaianan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Faktor resiko persalinan lama :
·         Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan lahir/tempat keluar janin belum berkembamg sempurna/masih kecil.
·         Tinggi badan kurang dari 140 cm dikuatirkan akan terjadi persalinan macet karna tulang panggul sempit.
·         Kehamilan pertama dikuatirkan akan terjadi disproporsi janin dalam panggul sehingga akan membahayakan keselamatan janin.
·         Adanya riwayat persalinan sulit ditakutkan akan terjadi lagi pada kehamilan yang selanjutnya.

C.     Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala partus lama, yaitu:
1.      Dehidrasi
2.      Tanda infeksi
·         Temperature tinggi
·         Nadi dan pernafasan
·         Abdomen meteorismus
3.      Pemeriksaan abdomen
·         Meteorismus
·         Lingkaran bandle tinggi
·         Nyeri segmen bawah rahim
4.      Pemeriksaan local vulva-vagina
·         Edema vulva
·         Cairan ketuban berbau
·         Cairan ketuban bercampur mekonium
5.      Pemeriksaan dalam
·         Edema serviks
·         Bagian terendah sulit didorong ke atas
·         Terdapat kaput pada bagian terendah
6.      Keadaan janin dalam rahim
·         Asfiksia sampai terjadi kematian
7.      Akhir dari persalinan lama
·         Rupture uteri imminen sampai rupture uteri
·         Kematian karena perdarahan dan atau infeksi
8.      Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf.
9.      Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
10.  Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik

D.    Jenis-Jenis Kelainan His
1.      Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin baik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam menghadapi inersia uteri, harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil. Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk mamulai terapi aktif.
2.      His terlampau kuat
His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction. Golongan coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat sinagkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus yang ditandai oleh sifat his yang normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelaiannya pada kekuatan his. Bahaya partus presipitataus bagi ibu ialah terjadinya perlukaaan luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
3.      Incoordinate uterine action
Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.  Di samping itu tonus otot uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus.

E.     Kelainan Kala Pada Partus Lama
1.      Kelaianan kala I
Ø  Fase laten memanjang
Fase laten terjadi bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan akan adanya his teratur yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif, walaupun lambat, dan berakhir pada pembukaan 3-5 cm. Ibu diklasifikasikan barada dalam persalianan aktif apabila dilatasi mencapai 5 cm (Rosen).
Lama fase laten sebesar 20 jam pada ibu nulipara dan 14 jam pada ibu multipara mencerminkan nilai maksimum secara statistic. Durasi rata-ratanya adalah 8,6 jam dan rentangnya dari 1-44 jam (Friedman & Sachtelben). Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah lama anesthesia regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak membuka), persalianan palsu.
Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitoksin sama efektif dan amannya dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan. istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering tidak disadari. Menurut Friedman, memanjangnya fase laten tidak memperburuk morbiditas atau mortalitas janin dan ibu, tetapi Chelmow membantah anggapan tersebut.


Ø  Fase aktif memanjang
Friedman membagi fase aktif menjadi gangguan protraction (berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tak maju). Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, yang untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2 cm/jam atau penurunan <1cm/jam. untuk multipara, protraksi didefinisukan sebagai kecepatan pembukaan < 1.5 cm/jam atau penurunan < 2cm/jam. Ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara total pembukaan atau penurunan; kemacetan pembukaan (arrest of dilatation) didefinisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam,dan kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Keterkaitan atau factor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan dan macet adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan malposisi janin, misalnya oksiput posterior persisten. Pada persalinan ini Friedman menganjurkan pemeriksaan Fetopelviks untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelviks. terapi yang dianjurkan adalah penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitoksin dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi sefalopelviks.
2.      Kelainan kala II
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara, tetapi angka ini juga sangat bervariasi. pada ibu dengan paritas tinggi liang vagina dan perineumnya sudah melebar, 2 atau 3 kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mengkin cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya, pada seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anesthesia regional atau sedasi yanag berat, maka kala II dapat sangat memanjang. Kilpatrick dan Laros melaporkan bahwa rata-rata persalinan kala II, sebelum pengeluaran janin spontan, memanjang sekitar 25 menit oleh anastesi regional. Tahap panggul atau penurunan janin pada persalinan umumnya berlangsung setelah pembukaan lengkap. Selain itu, kala II melibatkan banyak gerakan pokok yang penting agar janin dapat melewati jalan lahir. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesi regional. Untuk multipara 1 jam adalah batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan analgesi regional.

F.      Dampak Persalinan Lama Pada Ibu-Janin
Dampak yang ditimbukan oleh partus lama antara lain:
·      Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan lama.
·      Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simpisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominan segera.
·      Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada persalianan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai konstriksi jam pasir (hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua.
·      Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan.
·      Cidera Otot-otot Dasar Panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat. Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
·      Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yng besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap.
·      Molase kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intracranial pada janin.

G.    Penatalaksanaan
·      Tetap memantau/ mengobservasi tanda-tanda vital ibu
·      Tetap memantau his dan mengontrol DJJ setiap setelah his.
·      Beri infus ibu bila kondisi ibu semakin melemah. Infus cairan:
ü  Larutan garam fisiologis
ü  Larutan glucose 5-10% pada janin pertama: 1 liter/jam
·      Tetap memperhatikan asupan gizi ibu terutama asupan cairan.
·      member perlindumgan antibiotika-antipiretika
·      Beri Oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda – tanda gawat janin.
·      Posisikan ibu untuk miring ke kiri selama merujuk.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Persalinan Lama

Ny. Rita 30 GI P0 A0 hamil 42 minggu, janin tunggal hidup intra uterin, letak kepala, puki, kepala teraba divergen, pembuka 5 cm, kepala turun  di hodge II+, kontraksi 30 detik, ada tiga kali kontraksi dalam sepuluh menit. Dalam pemantauan kontraksi terjadi innersia uteri. Gambar partograf menunjukan partus lama fase aktif  dilatasi maksimal. Hasil laporan & konsultasi dokter didapatkan terapi akselerasi persalinan. Mengingat Ny.Rita yang kelelahan dan tidak mampu untuk mangejan dengan benar maka persalinan dilakukan dengan ekstrasi vakum.
A.    Terminology
1.      G1 P0 A0 : kehamilan pertama, belunm pernah melahirkan, belum pernah mengalami keguguran.
2.      Letak kepala : kepala di bawah
3.      Kepala teraba divergen : kapala bayi sudah masuk panggul
4.      Hodge II + : kepala bayi telah turun setinggi antara tepi  bawah  simfisis dan spina ischiadika.
5.      Innersia uteri : gangguan kontraksi
6.      Partus lama fase aktif dilatasi maksimal : Proses berlangsungnya persalinan pada kala I (kala pembukaan)  yang secara normal berlangsung selama 6 jam dari pembukaan 4-6.
Terdiri dari 3 fase:
o   fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
o   fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
o   fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
7.      Terapi akselerasi persalinan : terapi induksi persalianan dimana sudah ada kontraksi tapi dibantu dengan obat
8.      Ekstraksi vacuum : tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi ( Maternal dan Neonatal ; 495 )

B.     Permasalahan yang Muncul
1.      Dari kasus diatas, kapan normalnya ibu melahirkan?
klien sudah mengalami pembukaan 5 berarti sudah memasuki kala I fase aktif dilatasi maksimal, sehingga normalnya Ibu melahirkan ± 4 jam kemudian.
2.      Apa saja yang harus diperiksa pada kontraksi?
·         Ada tidaknya kontraksi
·         Relaksasi
·         Durasi (lamanya kontraksi)
·         Frekuensi (berapa kali kontraksi)
·         Kekuatan
·         Bagian yang mengalami kontraksi
3.      Bagaimana criteria persalinan lama? mengapa persalinan pada Ny.Rita dikatakan persalinan lama?
4.      Apa saja yang perlu dipertimbangkan pada pelaksanaan induksi?
Bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat berhasil. Dengan menggunakan criteria Bishop sudah dapat diperkirakan keberhasilan persalinan anjuran. Pada nilai total anjuran Bishop yang rendah, sebaiknya langsung segera dilakukan secsio sesarea, karena induksi persalinan tidak akan berhasil. Induksi persalinan yang dipaksa akan menambah keadaan gawat janjn dalam rahim.
Kriteria Bishop
Keadaan fisik
Nilai
Total nilai
Pembukaan serviks 0 cm
Perlunakan 0-30%
Konsistensi serviks kaku
Arah serviks ke belakang
Kedudukan bagian terendah -3


0

Pembukaan serviks 1-2 cm
Perlunakan serviks 40-50%
Konsistensi serviks sedang
Arah serviks ke tengah
Kedudukan bagian terendah -2


1

Pembukaan serviks 3-4 cm
Perlunakan 60-70%
Konsistensi serviks lunak
Kedudukan bagian terendah -1-0


2

Pembukaan serviks diatas 5 cm
Perlunakan 80%

3



5.      Bagaimana proses ekstraksi vacum?

Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi ( Maternal dan Neonatal ; 495 )
Indikasi
·         Ibu : memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung kompensata, penyakit paru fibrotik.
·         Janin : adanya gawat janin
·         Waktu : persalinan kala II lama.
Kontra Indikasi
·         Ibu : ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan, panggul sempit.
·         Janin : letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala menyusul.
Syarat – Syarat Vacum
·         Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
·         Presentasi kepala
·         Cukup bulan ( tidak prematur )
·         Tidak ada kesempitan panggul.
·         Anak hidup dan tidak gawat janin.
·         Penurunan H III / IV ( dasar panggul ).
·         Kontraksi baik.
·         Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
·         Ketuban sudah pecah / dipecahkan.
Persiapan Tindakan
·         Persiapkan ibu dalam posisi litotomi.
·         Kosongkan kandung kemih dan rectum
·         Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptic
·         Beri infus bila diperlukan
·         Siapkan alat-alat yang diperlukan.
vakum

Teknik Ekstraksi
·         Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala, apakah ubun-ubun kecil terletak di depan atau kepala, kanan/kiri depan, kanan/kiri belakang untuk menentukan letak denominator.
·         Lakukan episiotomi primer dengan anestesi lokal sebelum mangkuk dipasang pada primigravida. Sedangkan pada multipara, episiotomi dilakukan tergantung pada keadaan perineum. Dapat dilakukan episiotomi primer atau sekunder (saat kepala hampir lahir dan perineum sudah meregang) atau tanpa episiotomi.
·         Lakukan pemeriksaan dalam ulang dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat serviks dan vagina, turunnya kepala janin dan posisinya. Pilih mangkuk yang akan dipakai. Pada pembukaan serviks lengkap, biasanya dipakai mangkuk nomor 5.
·         Masukkan mangkuk ke dalam vagina, mula-mula dalam posisi agak miring, dipasang di bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi belakang kepala, pasang mangkuk pada oksiput atau sedekat-dekatnya. Jika letak oksiput tidak jelas atau pada presentasi lain, pasang mangkuk dekat sakrum ibu. Dengan satu atau dua jari tangan, periksa sekitar mangkuk apakah ada jaringan serviks atau vagina yang terjepit.
·         Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/ cm2, tunggu selama 2 menit. Lalu naikkan tekanan – 0.2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai sesuai tenaga vakum yang diperlukan, yaitu – 0,7 samapi – 0,8 kg/cm2. Sebelum mengadakan traksi, lakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada bagian lain jalan lahir yang ikut terjepit.
·         Bersamaan dengan timbulnya his, ibu diminta mengejan. Tarik mangkuk sesuai arah sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk agar selalu dalam posisi yang benar, sedang tangan kanan menarik pemegang. Traksi dilakukan secara intermiten bersamaan dengan his. Jika his berhenti traksi juga dihentikan.
·         Lahirkan kepala janin dengan menarik mangkuk ke atas sehingga kepala melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion, sementara tangan kiri penolong menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, lalu mangkuk dilepas. Lama tarikan sebaliknya tidak lebih dari 20 menit, maksimum 40 menit.
6.      Apa saja jenis dari induksi pada persalinan?
Induksi persalinan adalah suatu usaha untuk mengakhiri kehamilan >28 minggu dengan berbagai cara dengan tujuan memulai proses persalinan secara pervaginam.

Indikasi :
1.      Indikasi janin
Misalnya : kehamilan lewat waktu, diabetes mellitus, gangguan pertumbuhan janin.
2.      Indikasi ibu
Misalnya: kenatin janin dalam kehamilan,hydramnion kronis, cacat bawaan janin
3.      Gabungan keduanya
Misalnya : preeklampsia dan eklampsia, KPD, Hipertensi kronis.
Kontraindikasi:
1.      Panggul sempit
2.      Kelainan letak bayi,
3.      Bekas Cesar (relatif)
4.      Primi gravida tua (anak I usia >35 tahun)dengan komplikasi obstetri dan medis
5.      Kelainan jantung
6.      Kehamilan risiko tinggi
7.      Adanya tumor di rongga pnggul.
Macam-macamnya:
1.      Metode stein
dimulai sejak pagi hari
·         Pukul 06.00: 30 cc oleum ricini
·         Pukul 07.00: bisulfas kinine 0,200 gr
·         Pukul 08.00: bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter
·         Pukul 09.00: bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
·         Pukul 10.00-12.00: sama
·         Pukul 14.00: hanya suntikan pituitrin 0,2 cc
·         Pukul 16.00: sama
·         Pukul 18.00: sama
2.      Persalinan anjuran dengan innfus pituitrin
Dosisnya 5 unit dalam 500 cc glukosa 5% 8-40 tpm, kenaikan tetesan selama 15 menit 4-8 tetes sampai kontraksi optimal tercapai.
3.      Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat proses persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan infuse glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
4.      Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh prostaglandin. Oemakaian prostaglandin dalam induksi persalinana dapat dalam bentuk infuse iv (nalador) dan pervaginam (prostaglandin vagina supositoria)

C.     Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
·         Pengkajian
1)      Anamnesa
a.       Biodata meliputi:
Nama, Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak (terlalu muda apabila < 20 tahun atau terlalu tua > 35 tahun), Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien, pekerjaan (Depks RI, 1993: 65).
b.      Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
c.       Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42 minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998; 165).
d.      Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).
e.       Riwayat penyakit keluarga.
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66).
f.       Riwayat Obstetri.
Ø  Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim, 1993,3), prematur kurang dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28).
Ø  Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).
g.      Riwayat psikososialspiritual dan budaya.
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama persalinan berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).
h.      Pola Kebutuhan sehari-hari.
Ø  Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 405).
Ø  Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192).
Ø  Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri . (Sarwono Prawirohardjo, 1999,195).
Ø  Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan (Chritina”s Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 406).
Ø  Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,160).
Ø  Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 285).
2)      Pemeriksaan fisik
a.       Pemeriksaan fisik umum
Ø  Kesan umum
ü  Apakah tampak sakit
ü  Bagaimana kesadarannya
ü  Apakah tampak pucat ( anemis )
Ø  Pemeriksaan tanda vital
ü  Tekanan darah
ü  Nadi
ü  Suhu
ü  Pernafasan
b.      Pemeriksaan khusus abdomen
Ø  Kesan abdomen
ü  Perut kembung
ü  Apakah tampak gerak janin
Ø  Pemeriksaan Leopold
Ø  Terdapat tanda abdominal, seperti:
ü  Rasa nyeri berlebihan
ü  Tanda cairan bebas dengan abdomen
ü  Kesan lingkaran Bandle meningkat/ tinggi
ü  Bagian janin mudah diraba
ü  Tampak perdarahan pervaginam
Ø  Pemeriksaan DJJ
ü  DJJ normal antara 120-160
ü  Keteraturan
Ø  Apakah disertai pengeluaran mekonium pada letak kepala


3)      Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah.
Ø  Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut;
ü  Warna cairan amnion
ü  Dilatasi serviks
ü  Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)
Ø  Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis inpartum belum dapat ditegakkan.
ü  Jika terdapat kontraksi yanag menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan inpartu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.

Ø  Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam
Periksa luar
Periksa dalam
Keterangan
5/5

4/5


3/5

2/5

1/5

0/5
H I

H I-II


H II +

H II +

H III-H IV

H IV
Kepala di atas PAP, mudah digerakkan.
Sulikt digerakkan bagian terbesar kepala belum masuk panggul.
Bagian terbesar kepala belum masuk panggul.
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul.
Kepala di dasar panggul.
Di perineum
Keterangan:
-          Periksa luar dengan cara palpasi
-          Periksa dalam dengan VT (Vaginal Touch)
4)      Pengelompokan data
DO:
·         GI P0 A0 hamil 42 minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar